Catatan Kecil sebagai Refleksi di Hari Guru Nasional
Raspa Laa, S.Pd.I., M.Pd Dosen STKIP Muhammadiyah Kalabahi |
STKIPMUHKALABAHI_Guru adalah sosok penting yang
darinya akan lahir orang-orang yang tidak hanya unggul dalam hal pengetahuan
tapi juga kepribadian. Guru atau
pendidik adalah sosok yang memiliki kepribadian. Dari kepribadiannya itulah
yang akan memberikan pengaruh dan motivasi pada anak untuk meningkatkan
belajarnya. Keterpaduan dari setiap
kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru (pedagogik, kepribadian, sosial dan
profesional) menjadikan seorang guru tampak stabil, optimis dan menyenangkan,
sehingga ia dapat memikat anak didiknya.
Ini karena setiap anak merasa diterima dan disayangi oleh guru,
betapapun sikap, adap dan tingkah lakunya.
Tidak berlebihan jika sebuah pepatah mengatakan
“Seorang guru adalah pilar utama dalam membangun peradaban”.
Secara terminologi menurut WJS
Purwadarminta, guru adalah orang yang mendidik.
Siapapun yang memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman akan
disebut sebagai guru. Sedangkan dalam
Islam, menurut Sudiono bahwa guru disandarkan kepada siapa saja yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik. Definisi ini mendudukkan betapa pentingnya
peran guru `dalam perkembangan kepribadian seorang anak.
Karena pentingnya peran yang
dimainkan oleh seorang guru, maka pemerintah hadir memberikan pengakuan dan perlindungan
melalui UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Dalam UU ini tidak hanya menyampaikan
definisi guru yaitu pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Tapi juga membuat apa yang sudah disediakan
oleh pemerintah terhadap seorang guru, baik dari segi keamanan dan kenyamanan
pekerjaan sampai pada soal kesejahteraan seorang guru.
Hal ini tentu memberikan
kedudukan seorang guru sebagai sosok yang harus dihormati, baik di dalam maupun
di luar sekolah. Guru tidak hanya
menjadi sosok yang disegani saat berjalan masuk ke dalam ruang kelas, memberikan
materi hingga keluar kelas. Tapi juga
tetap mendapatkan penghormatan saat berada di lingkungan masyarakat. Bahkan dulu sempat ada kalimat “diujung rotan
ada emas”. Diakui bahwa setiap yang
keluar dari seorang guru akan membawa kepada kebaikan, baik itu dari lisannya
(ilmu dan nasehat) maupun pada rotan yang digunakan untuk memukul saat seorang
siswa melanggar aturan sekolah. Dan
orang tuapun memberikan tanggungjawab sepenuhnya kepada sekolah (guru) untuk
mendidik dan mengajarkan anak-anaknya.
Namun akhir-akhir ini kita
dihadapkan dengan fenomena yang dengan sendirinya seolah menyempitkan ruang
seorang guru terhadap siswanya. Guru
seolah hanya memiliki tugas untuk menyampaikan materi ajar di ruangan kelas,
sementara untuk urusan pengembangan kepribadian anak itu tidak menjadi tugas
seorang guru. Ada guru yang dipukul
orang tua siswa karena menggunting rambut anaknya yang gondrong, ada guru yang
dilaporkan ke kantor polisi karena memberikan hukuman terhadap anak yang tidak
mau shalat berjamaah di sekolah, ada juga siswa yang memukul gurunya dan
kasus-kasus lainnya yang sempat viral di media cetak maupun elektronik. Kasus-kasus ini sekalipun ada yang berujung
damai, bebasnya guru dari tuntutan pidana, tidak jarang ada juga yang sampai
membawa guru masuk dalam kurungan penjara.
Hal miris ini yang kemudian memicu munculnya reaksi dari para guru. Pernah muncul reaksi para guru dengan
memasang spanduk berisi himbauan “ ORANG TUA YANG ANAKNYA TIDAK MAU DITEGUR DI
SEKOLAH, SILAHKAN DIDIK SENDIRI, BIKIN SEKOLAH, RAPOR DAN IJAZAH SENDIRI”. Muncul juga sebuah video yang menceritakan
kondisi acuh dari setiap guru terhadap hal-hal yang dilakukan oleh siswa
disekolahnya yang sekalipun melanggar aturan dan etika di sekolah. Semua guru merasa takut bahkan hanya untuk
menegurnya, karena selalu dihantui diamuk orang tua atau sampai ke meja hijau
dan berakhir di kurungan penjara.
Di moment hari Guru Nasional ini
tentu tidak banyak yang diharapkan selain mengembalikan kedudukan seorang
sebagai sosok yang disegani dan dihormati.
Hari guru jangan hanya diisi dengan memberikan bucket indah yang
berisi bunga, cokelat dan laiinya.
Bahkan orang tua pun berusaha kesana kemari memesan buket untuk dibawa
oleh anak-anaknya ke sekolah. Yang
paling penting adalah orang tua memberikan kepercayaan penuh kepada setiap guru
untuk mendidik anak-anaknya, menegakkan aturan dan memberikan hukuman ketika
aturan itu dilanggar dengan hukuman yang wajar.
Jikapun ada hal yang dianggap kurang atau menyalahi, maka bisa
diselesaikan secara baik.
Ini setidaknya bisa menghilangkan
rasa takut dari setiap guru dan mengembalikan kepercayaan mereka sebagai orang
yang juga bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik baik dalam hal
pengetahuan dan juga kepribadian.
Selamat Hari Guru untuk para guru yang terus gigih mendidik anak bangsa
agar menjadi generasi yang bertakwa, cerdas dan bertanggungjawab.
Penulis: Raspa
Post a Comment